Tanjung Puting, Sang Ibukota Orangutan Dunia.
Berada di semenanjung barat Provinsi Kalimantan Tengah, Taman Nasional Tanjung Puting dengan luas 415.040 Ha atau kurang lebih 6 kali luas kota Jakarta ini dalam satu dasawarsa terakhir telah menjelma menjadi destinasi andalan Indonesia yang paling diminati wisatawan mancanegara di pulau Kalimantan. Daya pikat salah satu hutan hujan tropis tertua di dunia, ribuan jenis keanekaragaman hayati flora dan fauna, serta pesona orangutan satu – satunya kera besar di luar benua Afrika di habitat aslinya menjadi alasan utama mengunjungi tempat ini.

Kelotok Wisata Menyusuri Sungai Sekonyer – Tanjung Puting
Berlayar diatas perahu kayu tradisional dan terpaan hawa tropis nan eksotis, menyusuri indahnya panorama nipah dan pandan liar di kedua sisi sungai Sekonyer, selamat datang di “Tanjung Puting”, destinasi wisata internasional kebanggaan Kabupaten Kotawawaringin Barat.
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan rumah alami dengan populasi terbesar Orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus) yang dilindungi dan sangat dijaga kelestariannya. Orangutan, kera besar yang hanya dapat ditemukan hidup liar di pulau Kalimantan dan Sumatra menyandang berbagai predikat yang layak untuk tidak diperdebatkan keunikannya. Secara ilmiah, satwa yang berbagi kesamaan DNA setara hampir 97 % dengan manusia ini juga merupakan produk evolusi tertua di golongan kera besar dengan perkiraan usia 8 – 12 juta tahun. Si kera merah, salah satu julukannya, juga merupakan makhluk terbesar di dunia yang hidup di pepohonan (arboreal).

Prof. Dr. Birute Mary Galdikas
“Ibukota Orangutan Dunia”, begitu seorang Prof. Dr. Birute Mary Galdikas, sang mahaguru orangutan di dunia menjuluki Taman Nasional Tanjung Puting, tempat beliau pertama kali memulai penelitiannya tentang orangutan tahun 1971. Galdikas bersama Jane Goodall dan mendiang Dian Fossey dikenal global sebagai “The Trimates”, tiga wanita yang sama – sama dimentori oleh Dr. Louis Leakey, yang mendedikasikan hidupnya untuk studi dan konservasi kera – kera besar di dunia. Tanjung Puting adalah bayangan dari Taman Firdaus di bumi, dimana semua makhluk dapat hidup bebas bersama secara harmonis dan segalanya telah dicukupkan oleh alam, dituturkan Galdikas dalam bukunya “The Reflection of Eden”.
Pasca Konferensi kera besar dunia yang diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Tanjung Puting tahun 1991, Galdikas menginisiasi lahirnya kegiatan ekowisata bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar wilayah Taman Nasional ini. Ditujukan menjadi salah satu mata pencaharian alternatif dibandingkan melakukan illegal logging maupun penambangan liar, seiring berjalannya waktu kegiatan ekowisata di Taman Nasional Tanjung Puting semakin populer bagi masyarakat sekitar dan terus berkembang.
Bergesernya global trend pola kunjungan wisatawan dunia yang semakin meminati kunjungan dengan tema alam, lingkungan, kegiatan sosial, dan minat khusus, turut menjadi andil dalam meningkatnya popularitas Taman Nasional Tanjung Puting. Kunjungan beberapa tokoh dan pembesar dunia seperti aktris Julia Roberts (1997), penulis tersohor Sir Terry Pratchet (2012), pejabat – pejabat pemerintahan mancanegara, hingga Presiden Amerika Serikat ke-41 Bill Clinton (2014) menjadi media kampanye efektif promosi Tanjung Puting kepada publik internasional. Dokumentasi populer dari media – media dunia juga telah sangat banyak dibuat di Tanjung Puting.

Dubes AS, Joseph Donovan Jr. Kunjungi Tanjung Puting – 2019
Tanjung Puting yang meraih penghargaan Medali Perak pada gelaran Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA) 2018 adalah destinasi wajib untuk dikunjungi saat anda merencanakan liburan ke Kotawaringin Barat. Di tempat ini semua pesona eksotis pulau Kalimantan dapat anda rasakan dan kecintaan kita terhadap kekayaan nusantara akan semakin mendalam.