PANTAI KERAYA

Seperti pantai-pantai lainnya, Pantai Keraya memiliki pasir berwarna putih bersih serta pohon cemara yang ada di pinggirnya. Dan yang cukup menariknya lagi adalah ada air terjun yang tak jauh dari bibir pantai. Tempat wisata di Kalimantan Tengah ini lokasinya terletak di Desa Keraya yang masih di dalam wilayah Kecamatan Kumai dan  berjarak kurang lebih 2 jam perjalanan dari pusat Kota Pangkalan Bun. Yang lebih menarik lagi, Pantai Keraya merupakan tempat sempurna untuk melihat sunset di pinggir pantai dengan ditemani oleh hamparan ombak yang menerjang pasir-pasir putih di bibir pantai serta riyuhan angin laut yang menuju ke arah pantai dan membuat dahan pohon kelapa melambai-lambai hingga terdengar semilir angin yang mengenai dahan pohon kelapa.

Susur Sungai Arut

Napak Tilas Nadi Sejarah Kotawaringin Barat

Susur Sungai Arut Dengan Perahu Tradisional

 

Berkunjung ke banyak daerah di Indonesia adalah tentang menemukan makna dan nilai otentik yang dimiliki beragam tempat dengan kekayaannya masing – masing. Kota Pangkalan Bun di Kotawaringin Barat dalam sejarahnya adalah kota yang berawal dari tepian sungai Arut dan menjadi pusat kerajaan Islam satu – satunya di Kalimantan Tengah pada masa kolonial Hindia Belanda.

Susur sungai Arut merupakan aktivitas wisata yang sangat direkomendasikan saat anda mengunjungi kota Pangkalan Bun. Sungai sepanjang kurang lebih 250 km ini adalah urat nadi yang mengawali kehidupan masyarakat membentuk Kabupaten Kotawaringin Barat, dan menjadi mozaik nostalgia sejarah saat anda menikmati senja dengan menyusurinya.

Ragam kehidupan sosial, hunian – hunian lokal yang khas, panorama senja nan indah, serta ramahnya sambutan warga adalah nilai – nilai yang anda dapatkan ketika menyusuri hangatnya sungai ini di atas perahu tradisional yang dikelola langsung oleh masyarakat sekitarnya.

Susur sungai Arut adalah salah satu atraksi wisata unggulan yang masuk ke dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards, juga menjadi kegiatan favorit wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Pangkalan Bun.

 

Sunset Silhouette Sungai Arut

TWH JURUNG TIGA

Hasil gambar untuk taman wisata hutan jurung tiga

Tempat wisata hutan dengan fasilitas flying fox, spot foto cantik, kolam ikan, dengan edukasi tanaman hutan khas kalimantan. Berjarak + 20 menit menggunakan transportasi darat dari kota Pangkalan Bun. Buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 WIB. Tarif masuknya untuk Wisatawan nusantara Rp. 15.000,- (dewasa) Rp. 10.000,- (anak-anak) Hari Libur/hari Raya Rp.20.000,- sedangkan untuk Wisatawan mancanegara Rp.50.000,-

TANJUNG KELUANG

Jika kita berada di Pantai Kubu dan memandang kearah laut, maka akan terlihat semenanjung yang menjorok ke laut, itulah taman wisata Tanjung keluang. Dari pantai kubu, kita bisa menuju ke pantai Tanjung keluang dengan menggunakan perahu kelotok dengan menempuh waktu selama 15-20 menit. Pantai yang dihiasi dengan banyaknya pohon cemara dan pasirnya yang lebih bersih dan putih. Tempat ini juga sangat pas untuk dijadikan tempat camping sambil menggelar tikar dan makan dibawah rerimbunan pohon cemara. Jangan lewatkan untuk menjenguk anak-anak penyu yang pangat lucu dan menggemaskan itu, kita juga bisa melakukan pelapasan penyu ke laut lepas. Asik bukan ??? Rasanya Sudah tidak sabar untuk berkunjung di Tanjung Keluang.

PANTAI KUBU

Pantai Kubu Merupakan pantai wisata yang letaknya di muara sungai Kumai. Pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini menjadi pantai favorit di Kotawaringin Barat. Pantai berpasir putih ini dihiasi oleh pepohonan kelapa, merupakan tempat yang sangat Nyaman untuk bersantai baik pagi hari maupun siang hari. Di pantai kubu kita bisa menikmati olahan berbagai macam hasil laut seperti ikan, kerang, kepiting, udang dan belangkas sambil menikmati minum air kelapa. Sungguh nikmat bukan ??? Yuk, setelah tempat wisata dibuka nanti kita berkunjung ke Pantai Kubu.

TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Tanjung Puting, Sang Ibukota Orangutan Dunia.

Berada di semenanjung barat Provinsi Kalimantan Tengah, Taman Nasional Tanjung Puting dengan luas 415.040 Ha atau kurang lebih 6 kali luas kota Jakarta ini dalam satu dasawarsa terakhir telah menjelma menjadi destinasi andalan Indonesia yang paling diminati wisatawan mancanegara di pulau Kalimantan. Daya pikat salah satu hutan hujan tropis tertua di dunia, ribuan jenis keanekaragaman hayati flora dan fauna, serta pesona orangutan satu – satunya kera besar di luar benua Afrika di habitat aslinya menjadi alasan utama mengunjungi tempat ini.

Kelotok Wisata Menyusuri Sungai Sekonyer – Tanjung Puting

Berlayar diatas perahu kayu tradisional dan terpaan hawa tropis nan eksotis, menyusuri indahnya panorama nipah dan pandan liar di kedua sisi sungai Sekonyer, selamat datang di “Tanjung Puting”, destinasi wisata internasional kebanggaan Kabupaten Kotawawaringin Barat.

Taman Nasional Tanjung Puting merupakan rumah alami dengan populasi terbesar Orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus) yang dilindungi dan sangat dijaga kelestariannya. Orangutan, kera besar yang hanya dapat ditemukan hidup liar di pulau Kalimantan dan Sumatra menyandang berbagai predikat yang layak untuk tidak diperdebatkan keunikannya. Secara ilmiah, satwa yang berbagi kesamaan DNA setara hampir 97 % dengan manusia ini juga merupakan produk evolusi tertua di golongan kera besar dengan perkiraan usia 8 – 12 juta tahun. Si kera merah, salah satu julukannya, juga merupakan makhluk terbesar di dunia yang hidup di pepohonan (arboreal).

Prof. Dr. Birute Mary Galdikas

“Ibukota Orangutan Dunia”, begitu seorang Prof. Dr. Birute Mary Galdikas, sang mahaguru orangutan di dunia menjuluki Taman Nasional Tanjung Puting, tempat beliau pertama kali memulai penelitiannya tentang orangutan tahun 1971. Galdikas bersama Jane Goodall dan mendiang Dian Fossey dikenal global sebagai “The Trimates”, tiga wanita yang sama – sama dimentori oleh Dr. Louis Leakey, yang mendedikasikan hidupnya untuk studi dan konservasi kera – kera besar di dunia. Tanjung Puting adalah bayangan dari Taman Firdaus di bumi, dimana semua makhluk dapat hidup bebas bersama secara harmonis dan segalanya telah dicukupkan oleh alam, dituturkan Galdikas dalam bukunya “The Reflection of Eden”.

Pasca Konferensi kera besar dunia yang diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Tanjung Puting tahun 1991, Galdikas menginisiasi lahirnya kegiatan ekowisata bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar wilayah Taman Nasional ini. Ditujukan menjadi salah satu mata pencaharian alternatif dibandingkan melakukan illegal logging maupun penambangan liar, seiring berjalannya waktu kegiatan ekowisata di Taman Nasional Tanjung Puting semakin populer bagi masyarakat sekitar dan terus berkembang.

Bergesernya global trend  pola kunjungan wisatawan dunia yang semakin meminati kunjungan dengan tema alam, lingkungan, kegiatan sosial, dan minat khusus, turut menjadi andil dalam meningkatnya popularitas Taman Nasional Tanjung Puting. Kunjungan beberapa tokoh  dan pembesar dunia seperti aktris Julia Roberts (1997), penulis tersohor Sir Terry Pratchet (2012), pejabat – pejabat pemerintahan mancanegara, hingga Presiden Amerika Serikat ke-41 Bill Clinton (2014) menjadi media kampanye efektif promosi Tanjung Puting kepada publik internasional. Dokumentasi populer dari media – media dunia juga telah sangat banyak dibuat di Tanjung Puting.

Dubes AS, Joseph Donovan Jr. Kunjungi Tanjung Puting – 2019

Tanjung Puting yang meraih penghargaan Medali Perak pada gelaran Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA) 2018 adalah destinasi wajib untuk dikunjungi saat anda merencanakan liburan ke Kotawaringin Barat. Di tempat ini semua pesona eksotis pulau Kalimantan dapat anda rasakan dan kecintaan kita terhadap kekayaan nusantara akan semakin mendalam.