Susur Sungai Arut

Napak Tilas Nadi Sejarah Kotawaringin Barat

Susur Sungai Arut Dengan Perahu Tradisional

 

Berkunjung ke banyak daerah di Indonesia adalah tentang menemukan makna dan nilai otentik yang dimiliki beragam tempat dengan kekayaannya masing – masing. Kota Pangkalan Bun di Kotawaringin Barat dalam sejarahnya adalah kota yang berawal dari tepian sungai Arut dan menjadi pusat kerajaan Islam satu – satunya di Kalimantan Tengah pada masa kolonial Hindia Belanda.

Susur sungai Arut merupakan aktivitas wisata yang sangat direkomendasikan saat anda mengunjungi kota Pangkalan Bun. Sungai sepanjang kurang lebih 250 km ini adalah urat nadi yang mengawali kehidupan masyarakat membentuk Kabupaten Kotawaringin Barat, dan menjadi mozaik nostalgia sejarah saat anda menikmati senja dengan menyusurinya.

Ragam kehidupan sosial, hunian – hunian lokal yang khas, panorama senja nan indah, serta ramahnya sambutan warga adalah nilai – nilai yang anda dapatkan ketika menyusuri hangatnya sungai ini di atas perahu tradisional yang dikelola langsung oleh masyarakat sekitarnya.

Susur sungai Arut adalah salah satu atraksi wisata unggulan yang masuk ke dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards, juga menjadi kegiatan favorit wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Pangkalan Bun.

 

Sunset Silhouette Sungai Arut

PAWAI NASI ADAB

Pawai Nasi Adab merupakan kegiatan rutin tahunan yang selalu digelar dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Kotawaringin Barat. Pawai tersebut diikuti peserta satuan organisasi perangkat daerah setempat, pemerintah desa dan kabupaten, BUMN dan swasta serta pelajar tingkat dasar dan mahasiswa.

Pawai budaya Nasi Adab juga sebagai media pembelajaran untuk masyarakat terhadap budaya lokal. sebagai hiburan rakyat dan juga sebagai media untuk menanamkan kesadaran kepada masyarakat, khususnya kepada generasi muda untuk menjaga dan melestarikan budaya nasional maupun lokal,

Nasi tumpeng berwarna kuning dan kembang serai, yakni sebuah kembang yang terbuat dari batang lidi yang dibalut kertas minyak, menjadi ornament wajib yang harus dibawa oleh setiap rombongan peserta

RITUAL BABARASIH BANUA

Ritual adat Babarasih Banua rutin dilaksanakan masyarakat di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).Tradisi ini merupakan wujud sikap berserah diri pada Tuhan, karena apapun yang terjadi di dunia ini sepenuhnya atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual dipimpin oleh Demang dan tokoh adat yang diawali dengan menyusuri Sungai Kumai dengan membawa 7 buah balai (miniatur istana) ancak. Ancak yaitu tempat meletakkan 40 macam kue tradisional serta miniatur kapal yang diletakkan ayam hitam. Nantinya miniatur kapal ini akan dilepaskan ke muara sungai. Selain membawa membawa balai dan ancak, dalam prosesi ini juga dibawa seekor kambing warna hitam untuk dikorbankan.

Dalam perjalanan menuju lokasi tempat meletakkan balai dan ancak, beberapa pemusik dan penari di atas kapal melantunkan pantun diiringi musik dan menari tradisional yang biasanya disebut Tirik.